Widget HTML Atas

Bagaimana Kondisi eCommerce Indonesia Tahun 2023?

kondisi ecommerce di Indonesia tahun 2023

Bagaimana Kondisi eCommerce Indonesia Tahun 2023? - Pandemi yang sudah 3 tahun ini kita lewati, ternyata menciptakan pola baru atas perilaku dan perubahan masyarakat terhadap aktifitas keseharian mereka, salah satunya adalah kehadiran sejumlah aktivitas yang bisa mereka lakukan tanpa harus mereka bepergian keluar rumah, misalnya untuk berbelanja berbagai kebutuhan. Tentu saja pola-pola baru tersebut didukung dengan kemajuan teknologi yang memudahkan mereka untuk bertransaksi tanpa harus bertatap muka.

Intensitas penggunaan digital platform juga mengalami peningkatan signifikan akibat pandemi, sekaligus juga menciptakan pasar yang lebih kompetitif. Di saat bersamaan ini menjadi bukti bahwa kita bisa memenuhi kebutuhan tanpa harus berkegiatan tatap muka. Kondisi ini menunjukkan bahwa ternyata pandemi yang berlangsung justru pada akhirnya menciptakan ragam keuntungan bagi para konsumen.

Lalu bagaimana dengan prospek dan perkembangan bisnis eCommerce di Indonesia?. Menurut sebuah laporan penelitian yang dilakukkan oleh SYNC, prospek e-commerce masih menjanjikan seiring dengan bertumbuhnya populasi konsumen digital di berbagai wilayah Indonesia. Menurut laporan  tersebut dalam sebuah laporan tahunan SYNC Asia Tenggara Meta dan Bain & Company, lebih dari 80 persen konsumen Indonesia menjalani proses pra dan pasca pembelian mereka di saluran online.

Dan seiring dengan mulai surutnya badai pandemi, hal ini menyisakan beberapa kegiatan yang pada akhirnya sulit dilepaskan karena faktor kenyamanan, seperti misalnya, bertransaksi secara online di loka pasar. Menurut data dari Mckinsey&Co menyatakan bahwa peningkatan konsumen yang berbelanja secara online naik sebesar 60 persen sejak terjadinya masa pandemi di Indonesia.

Faktor lain penyebab peningkatan aktifitas berbelanja online, adalah tren bisnis ecommerce yang diyakini akan tetap menjadi saluran utama untuk proyeksi dalam pengembangan bisnis pada tahun 2023, kondisi ini bisa terlihat dari nilai transaksi di tahun 2022 dimana ekonomi digital mampu membukukan transaksi sebesar USD 53 miliar atau lebih dari Rp 700 triliun di Indonesia.

Kenyamanan masyarakat dalam melakukan aktifitas transaksi online, dan akan terus melakukanya, hal ini karena dipengaruhi oleh pola perilaku warganet yang mampu menggunakan hingga 5 gadget yang berbeda dalam mengakses internet. Namun demikian, untuk bisa mewujudkan masa depan ecommerce yang inklusif, Indonesia masih memiliki beberapa tantangan yang perlu ditaklukkan bersama.

Tantangan yang dihadapi eCommerce Indonesia

Ekosistem bisnis digital tentunya tidak bisa dilepaskan dari dukungan dan infratruktur teknologi informasi, dalam hal ini penyediaan jaringan yang akan memberikan koneksi ke masyarakat luas harus bisa disediakan oleh pemerintah, peran infrastruktur jaringan yang memadai dimana semakin besarnya kebutuhan koneksi internet akan konten berbelanja secara streaming berjalan lurus dengan kebutuhan kapasitas jaringan yang sesuai.

Disamping itu juga, faktor keamanan dan kenyamanan dalam melakukan transaksi secara online juga perlu disempurnakan, seiring dengan rencana pembangunan jaringan infrastruktur ini, khususnya untuk implementasi jaringan generasi kelima atau yang kita kenal dengan 5G. Rencana pembangunan generasi ini dapat dilakukan secara perlahan untuk mendukung pemerataan pada tahun 2024 sampai 2025.

Tantangan selanjutnya yang akan dihadapi adalah penciptaan program dan peningkatan ekosistem digital yang bisa mendukung dan menjanjikan bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Sektor ini akan menjadi penting, kalau kita melihat peluang dari keberadaan UMKM sebagai penggerak perekonomian digital. Terlebih, jika kita melihat data, hal itu menunjukkan jika UMKM sendiri pada tahun 2021 telah berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto hingga mencapai 61,07 persen atau senilai Rp 8.574 Triliun.

Tantangan lain adalah masalah sistem pembayaran, saat ini memang sudah semakin banyak kita jumpai layanan pembayaran online. Namun kondisi tersebut masih belum menyeluruh karena di sisi lain, para pelaku e-commerce masih banyak menggunakan layanan transaksi pembayaran secara manual. 

Kemudian masalah logistik juga menjadi hambatan tersendiri di Indonesia. Mengingat negara kita adalah negara kepulauan dengan ribuan pulau dengan kondisi geografis semacam inilah yang menjadi tantangan bagi industri e-commerce. Misalnya, pengiriman barang dari Indonesia Barat ke Indonesia Timur, masih membutuhkan biaya yang relatif mahal.

Walaupun demikian upaya untuk melakukan onboarding UMKM ke pasar digital bukanlah pekerjaan yang mudah dan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, artinya, tantangan tersebut tidak lepas dari perkembangan serta teknologi yang belum menyentuh ke seluruh wilayah negeri, ditambah juga dengan urusan permodalan, penciptaan iklim investasi yang sehat, serta kemampuan dan keahlian dalam manajemen dan pengelolaan bisnis digital yang masih membutuhkan program pembinaan.

Salah satu contoh dari sebuah perusahaan pelopor eCommerce di Indonesia adalah Bhineka.com, perusahaan ini melihat berbagai keuntungan serta tantangan, dari bisnis ecommerce di Indonesia terus berkomitmen untuk beradaptasi dengan perubahan dan perkembangan zaman. Transformasi Bhineka.com ini terjadi saat sebagai toko online sejak didirikan tahun 1993, dan kini Bhinneka.com menjadi Super Business Ecosystem, yaitu sebuah ekosistem bisnis yang mempertemukan kebutuhan pelanggan dengan suplier pelaku bisnis.

Bhinneka.Com yang merupakan ecommerce pertama di Indonesia dan terdaftar dalam program pengadaan barang untuk instansi pemerintah di LKPP. Sebagai penyedia layanan B2B dan B2C yang sebelumnya hanya fokus kepada barang elektronik, kini sudah melakukan diferensiasi produk dengan menyediakan beragam produk dan sudah diikuti banyaknya merchant dari berbagai bidang penjualan yang bergabung bersama Bhinneka.Com.

Dengan terdaftarnya Bhineka.com di LKPP, hal ini bisa menjadikan para UKM yang menjalin kerjasama bisnis dengan Bhinneka.Com dapat memiliki privilese untuk bisa menjual produknya ke sektor pemerintahan. Dengan demikian pengusaha UKM berekesempatan untuk bisa bersentuhan bisnisnya dengan lemabaga pemerintahan sebagai supplier kebutuhan lembaga pemerintahan. 

Kesimpulan

Bisnis eCommerce di Indonesia Tahun 2023 masih tetap menjanjikan. seiring dengan bertumbuhnya populasi konsumen digital di berbagai wilayah Indonesia. Tantangan terbesar yang dihadapi bisnis eCommerce adalah kendala Jaringan inftrastruktur Internet yang masih belum menjangkau wilayah wilayah di Indonesia. Faktor logistik juga menjadi kendala yang dihadapi para pelaku eCommerce di Indonesia, mengingat negara Indonesia adalah negara kepulauan. 

Tidak ada komentar untuk "Bagaimana Kondisi eCommerce Indonesia Tahun 2023?"